Senin, 5 Desember 2022 – 15:35 WIB
VIVA Tekno – Media sosial Twitter dikabarkan lebih mengandalkan artificial intelligence (AI) alias teknologi kecerdasan buatan untuk memoderasi konten dibandingkan mengandalkan karyawannya sendiri guna melakukan pemeriksaan manual terhadap ujaran kebencian atau hate speech.
Menurut laporan Center for Countering Digital (CCDH) seperti yang dilansir dari The Independent, ujaran kebencian di Twitter dilaporkan melonjak sejak miliarder Elon Musk mengambilalih platform tersebut pada November 2022.
“Dari cercaan rasial yang meningkat tiga kali lipat hingga peningkatan yang mengejutkan dalam cuitan antisemit dan misogonis, Twitter di bawah Tuan Musk telah menjadi tempat yang aman untuk kebencian,” cuit organisasi itu, Senin, 5 Desember 2022.
Pemilik Twitter Elon Musk.
Kelompok riset lain di Network Contagion Research Institute (NCRI) sebelumnya menemukan penggunaan kata N (Nigga – merujuk untuk orang berkulit hitam) meningkat hampir 500 persen dalam 12 jam usai kesepakatan Musk untuk membeli Twitter diselesaikan.
Namun, hal tersebut dibantah oleh Elon Musk dan menyatakan bahwa hal itu benar-benar salah. Di tengah kekhawatiran ini, kepala kepercayaan dan keamanan Twitter yang baru menyebut bahwa perusahaan sekarang lebih mengandalkan sistem otomatis untuk memoderasi konten.
Wakil Ketua Kepercayaan dan Keamanan Twitter, Ella Irwin, mengungkapkan kepada Reuters bahwa media sosial burung biru ini menghilangkan tinjauan manual oleh staf dan mendukung penangguhan akun alih-alih menghapus beberapa konten secara langsung.
Sumber: www.viva.co.id